Minggu, 25 September 2016

Tradisi unik sambut Ramadan di Semarang

Tradisi unik sambut Ramadan di Semarang - Ada sebuah tradisi unik yang digelar di Kota Semarang untuk menyambut datangnya Bulan Ramadan. Karena khas dan telah berlangsung puluhan tahun, tradisi ini tentunya juga dinantikan para wisatawan yang ingin wisata ke Semarang untuk melihat langsung Dugderan yang hanya ada di Kota Lumpia ini.

Karnaval Dugderan semarang
Dugderan sejak pertama digelar, digunakan sebagai sarana informasi Pemerintah Semarang kepada masyarakatnya tentang datangnya bulan Ramadan. Karena itu, Dugderan biasanya dilaksanakan tepat 1 hari sebelum bulan puasa. Sedangkan kata Dugder, berasal dari perpaduan bunyi dugdug, dan bunyi meriam yang mengikuti kemudian diasumsikan dengan derr.

Kemeriahan dugderan tidak hanya saat karnaval, namun juga meliputi pasar rakyat yang digelar sepekan sebelum dugderan. Karnaval merupakan puncak kemeriahan Dugderan, karnaval ini biasanya diikuti oleh pasukan merah putih, drumband, pasukan pakaian adat, meriam, warak ngendok dan berbagai kesenian yang ada di Kota Semarang.

Warak Ngendok menjadi ciri khas karnaval ini. Tidak heran jika hampir semua peserta karnaval pasti mengusungnya. Warak ngendok sendiri sejenis binatang rekaan dengan mulut menganga lebar dan lidah menjulur, untuk menggambarkan hawa nafsu manusia. Karena itu warak ngendok kakinya dirantai, untuk simbol menahan hawa nafsu selama berpuasa. Ngendok sebagai simbol pahala bagi yang telah berhasil menahan hawa nafsunya. Untuk visualisasi warak ngendok biasanya dibuat dari kertas warna-warni.

Sejarah Dugderan sendiri tidak lepas dari keinginan pemerintah pada masa itu untuk menyatukan berbagai perbedaan pendapat penentuan dimulainya bulan Ramadan. Adalah Pemerintah Kanjeng Bupati RMTA Purbaningrat yang memulainya pada tahun 1881. Sebagai penanda dimulainya bulan Ramadan pada waktu itu Kanjeng Bupati RMTA Purbaningrat menggelar acara penabuhan Bedug Masjid Agung dan membunyikan Meriam di halaman Kabupaten, masing-masing dibunyikan tiga kali. Sebelum membunyikan bedug dan meriam tersebut, diadakan upacara di halaman Kabupaten

Upacara Dugderan yang unik dan dinantikan masyarakat yang menunggu kepastian datangnya bulan Ramadan, semakin lama semakin menyedot minat masyarakat Semarang dan sekitarnya untuk datang langsung menyaksikan prosesnya. Banyaknya masyarakat yang datang ini dimanfaatkan para pedagang dari berbagai daerah untuk menawarkan bermacam-macam makanan, minuman, dan mainan anak-anak, seperti yang terbuat dari tanah liat (Celengan, Gerabah), mainan dari bambu (Seruling, Gangsingan), mainan dari kertas (Warak Ngendog)

Dugderan kini telah menjadi karnaval tahunan yang dinantikan. Memang ada beberapa perubahan yang disesuaikan dengan perkembangan jaman, namun tidak mengurangi makna Dugderan itu sendiri. Beberapa hal yang menyebabkan perubahan pelaksanaan Dugderan, antara lain adalah pindahnya Pusat Pemerintahan ke Balaikota di Jalan Pemuda dan semakin menyempitnya lahan Pasar Malam, karena berkembangnya bangunan-bangunan pertokoan di seputar Pasar Johar.

Beberapa tahun terakhir ini, tempat Pasar Malam juga beberapa kali berpindah tempat untuk menyesuaikan dengan tata kota dan pertimbangan lalu lintas. Pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang memiliki halaman yang sangat luas menjadi alternatif untuk memindahkan pusat keramaian pasar Malam Dugderan. Karnaval Dugderan pun sejak dibangunnya MAJT memiliki rute dari balaikota dan berakhir di MAJT.

Perubahan juga terjadi pada waktu pelaksanaan, jika dulu Semarang menjadi pusat pemerintahan yang berkuasa penuh mengumumkan awal Ramadan kepada warganya, kini pemerintah Kota Semarang mengikuti pengumuman dari Departemen Agama yang belum bisa diprediksi kepastian harinya. Yang jelas Dugderan tetap dilaksanakan jelang Bulan Ramadan.

Tentu semua penyesuaikan itu diharapkan semakin menambah meriah Festival Dugderan dan mampu mengangkat pariwisata di Semarang. Berbagai pertunjukan budaya dan kesenian lokal Semarang yang ditampilkan baik saat upacara maupun saat karnaval terbukti mampu menarik minat masyarakat untuk berbondong-bondong datang. Dan karena sebentar lagi bulan Ramadan datang, kita bisa mulai bersiap untuk menyaksikan berbagai atraksi budaya dengan warag ngendok sebagai maskotnya.

Artikel Terkait

Tradisi unik sambut Ramadan di Semarang
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email