Tradisi Super unik tawuran nasi di Jawa Tengah - Indonesia kaya akan ragam kearifan lokal yang tersebar di berbagai wilayah, di antaranya di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Sedekah bumi, adalah salah satu kearifan lokal yang hingga kini masih bertahan di tengah hingar-bingar modernisasi.
Banyak budaya khas yang muncul dari masing-masing desa dalam pelaksanaan sedekah bumi yang biasanya berlangsung pada bulan Apit pada kalender Jawa. Seperti halnya di Desa Bogo Tanjung, Kecamatan Gabus, Pati.
Ada kebiasaan yang cukup unik di tempat ini, sebagai salah satu bentuk untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan, atas segala nikmat yang telah dilimpahkan, di antaranya melalui hasil bumi yang melimpah.
Ada kebiasaan yang cukup unik di tempat ini, sebagai salah satu bentuk untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan, atas segala nikmat yang telah dilimpahkan, di antaranya melalui hasil bumi yang melimpah.
Tawuran nasi, itulah di antara kearifan lokal yang hingga kini masih dipertahankan. Hal ini, dipercaya oleh masyarakat setempat bisa memberikan berkah hasil panen yang melimpah. Tradisi ini, sudah berjalan secara turun temurun.
”Ini sudah turun temurun dilakukan sejak nenek moyang kita dulu, jadi kalau tidak dilakukan, kami merasa khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di desa kami. Makanya, setiap sedekah bumi, hal ini terus dilakukan,” ujar Daryadi, salah satu sesepuh Desa Bogo Tanjung.
”Ini sudah turun temurun dilakukan sejak nenek moyang kita dulu, jadi kalau tidak dilakukan, kami merasa khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di desa kami. Makanya, setiap sedekah bumi, hal ini terus dilakukan,” ujar Daryadi, salah satu sesepuh Desa Bogo Tanjung.
Sebelum acara tawuran nasi dimulai, terlebih dahulu diawali dengan ritual doa di Punden Mbah Sudi Rahmat, yang diyakini warga merupakan makam cikal bakal Desa Bogo Tanjung. Di sini, warga membawa ambengan atau nasi yang berisi lauk pauk yang kemudian didoakan secara bersama-sama, dengan dipimpim oleh sesepuh desa.
Setelah berdoa, barulah acara tawuran nasi dimulai. Ambengan yang dibawa warga, kemudian digunakan sebagai senjata untuk saling lempar, antarwarga yang datang di tempat tersebut.
“Ini bukan untuk menghambur-hamburkan nasi, namu, tradisi tawuran nasi ini hanyalah sebuah simbol atas rezeki yang diberikan Tuhan secara melimpah. Kami juga meyakini, jika nantinya akan dimudahkan untuk mencari pangan maupun sandang,” katanya.
Aksi saling lempar nasi ini, baru berhenti jika nasi atau ambengan yang dibawa warga sudah habis. Meski banyak nasi yang menempel di tubuh, namun, warga mengaku senang dengan ritual tersebut.
Setelah berdoa, barulah acara tawuran nasi dimulai. Ambengan yang dibawa warga, kemudian digunakan sebagai senjata untuk saling lempar, antarwarga yang datang di tempat tersebut.
“Ini bukan untuk menghambur-hamburkan nasi, namu, tradisi tawuran nasi ini hanyalah sebuah simbol atas rezeki yang diberikan Tuhan secara melimpah. Kami juga meyakini, jika nantinya akan dimudahkan untuk mencari pangan maupun sandang,” katanya.
Aksi saling lempar nasi ini, baru berhenti jika nasi atau ambengan yang dibawa warga sudah habis. Meski banyak nasi yang menempel di tubuh, namun, warga mengaku senang dengan ritual tersebut.
Tradisi Super unik tawuran nasi di Jawa Tengah
4/
5
Oleh
Mas Jho